Informasi lebih lanjut, dapat menghubungi kami di

081327936367 - 08156666050 - 087839470940

Rabu, 10 Maret 2010

DiMethylEther

Sebagai Bahan Bakar Alternatif

Pencemaran udara yang disebabkan oleh transportasi sudah merupakan hal yang serius terutama di Indonesia, khususnya kota Jakarta. Akibat dari pencemaran ini terhadap kesehatan menimbulkan penyakit diantaranya penyakit saluran pernapasan. Salah satu usaha untuk mengurangi pencemaran udara karena bahan bakar minyak (BBM), Pemerintah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta telah menetapkan bus Trans Jakarta meng-gunakan bahan bakar yang ramah lingkungan dalam hal ini dipakai gas yaitu NGV (Natural Gas Vehicle) atau LGV (Liquefied Gas Vehicle).

Di dalam pemilihan bahan bakar alternatif yang harus dipertimbangkan diantaranya yaitu ramah lingkungan, efisiensi energi tinggi, dapat diperbaharui(renewable) dan drop in substitute (pengganti langsung) atau sedikit modifikasi pada komponen mesin. Gas hydrocarbon (HC) telah memenuhi syarat dan terbukti relatif lebih bersih dari BBM, namun gas HC tidak dapat diperbaharui dan sumbernya akan dapat habis dalam kurun waktu tertentu. Sehingga biosolar adalah salah satu alternatif pilihan dan sedang intensif dikembangkan di Indonesia, dengan bahan baku berasal dari minyak sawit (palm oil) dan biji jarak (jatropha nuts).


Disamping bahan bakar di atas ada bahan bakar alternatif lain yaitu DiMethylEther (DME) yang dapat diperbaharui dan kegunaannya adalah untuk mesin diesel serta untuk kompor gas sebagai bahan bakar di rumah tangga. DME memiliki mono struktur kimia yang sederhana (CH3-O-CH3) berbentuk gas pada ambient temperature (suhu lingkungan) dan dapat dicairkan seperti halnya Liquefied Petroleum Gas (LPG), sehingga infrastruktur untuk LPG dapat digunakan juga untuk DME. Bahan bakar ini adalah bahan bakar yang multi source (banyak sumber), dapat diproduksi dari berbagai bahan baku diantaranya natural gas, fuel oil, batubara, limbah plastik, limbah kertas, limbah pabrik gula atau biomass. Pada saat ini DME diproduksi dari natural gas yaitu melalui reaksi dehidrasi dari methanol dan penggunaannya sebagian besar adalah untuk aerosol propellant (gas pendorong) sebagai pengganti dari CFC (chlorofluorocarbon) pada hair spray atau deodorant serta penggunaan masih dalam jumlah terbatas sebagai bahan bakar rumah tangga berupa campuran (blended) DME-LPG.


Perkembangan DME

DiMethylEther adalah bahan kimia non toxic, senyawa yang tidak mengan-dung unsur Sulfur(S) dan Nitrogen(N), sehingga emisi SOx, Nox, Particulate Mater dan jelaga jauh lebih rendah dari solar, disamping tidak korosi terhadap metal.

Di China komersial Plant DME dengan kapasitas 30 ton per hari(10.000 ton/tahun) telah dibangun oleh Lituanhua Group Incorporation dengan lisensi teknologi dari Toyo Engineering Japan yang start up di bulan Agustus 2003. Dengan keberhasilan ini dilanjutkan pembangunan lagi dengan kapasitas yang lebih besar yaitu 110.000 ton per tahun dan telah start up akhir tahun 2005. Kemudian pada Desember 2006, China telah menandatangani lagi kerjasama pembangunan DME Plant antara Lituanhua Group dan Toyo Engineering dengan kapasitas jauh lebih besar lagi yaitu 1 juta ton per tahun di Provinsi Mongolia yang akan merupakan kilang DME terbesar di dunia.

Konsumsi DME di China saat ini se-kitar 120.000 ton per tahun, untuk kebu-tuhan aerosol propellant, bahan baku in-dustri kimia dan sebagian kecil digunakan untuk bahan bakar rumah tangga di-blending (campuran) antara DME dengan LPG. Di Jepang konsumsi DME sekitar 10.000 ton setahun, sebagian besar sebagai aerosol propellant untuk hair spray atau deodorant. Karena sifat dan kualitasnya hampir sama dengan LPG, maka Pemeritah Jepang telah merencanakan untuk mensubsitusi seba-gian pemakaian LPG dengan DME. Karena di masa datang pemakaian LPG akan meningkat dan kawasan Timur Tengah adalah merupakan sumber utamanya dari LPG. Kini Japan mengimpor LPG dari Timur Tengah sekitar 15 juta ton per tahun.

Di Swedia, dengan dukungan dari pemerin-tahnya dan Swedish Energy Agency telah men-sponsori dalam penelitian selama lima tahun (2006-2010) untuk pengem-bangan mesin diesel DME sebagai pengganti solar (gasoil). Perusahaan automotive Swedia yaitu Volvo telah mengem-bangkan mesin diesel DME untuk bus dan truk dan sampai saat ini memasuki tahap pembuatan mesin diesel DME generasi ketiga. Demikian juga perusahaan automotive Jepang, Nissan, dengan proyek mesin diesel DME, 6900 Cc type PW 25A DME untuk kendaraan berat


Proses Pembuatan DME

Proses pembuatan DME ada dua cara yaitu proses secara langsung dan proses tidak langsung. Proses tidak langsung adalah proses pembuatan methanol terlebih dahulu diikuti dehidrasi me-thanol dan pada reaktor terpisah disintesa DME. Proses langsung adalah proses dari pembentukan syngas (H2 & CO) disintesa menjadi DME.


Prospek DME di Indonesia

Bahan baku untuk membuat DME sangat banyak dan beragam, dapat dijumpai di negeri ini, dari natural gas, batubara, residu minyak, limbah plastik, limbah peternakan, limbah pabrik gula, limbah kertas dan masih banyak lagi.

Sebagai blended DME-LPG untuk rumah tangga mengatasi kekurangan LPG di masa datang, infrastruktur untuk itu telah tersedia dengan menggunakan sarana bisnis LPG, apalagi kebutuhan dunia terhadap LPG ke depan akan makin kompetitif didapat, sedangkan Indonesia mencanang-kan LPG sebagai pengganti kerosin (minyak tanah).

Sumber natural gas yang potensial dan belum dialokasikan peruntukannya perlu dipertimbang-kan untuk proyek DME guna mengantisipasi kebutuhan DME dunia.

Mengganti pemakaian Chlorofluorocarbon (CFC) pada aerosol propellant untuk hair spray, deodorant dan kebutuhan kosmetik lainnya.

Pengalaman teknologi proses untuk ini sudah dikuasai cukup lama oleh putra-putri Indonesia. Ambil saja contoh Kilang Methanol Bunyu, Kilang Methanol Bontang, dan proses sintesis lainnya yang ada di Pertamina. Teknologi DME yang sudah terbukti pun telah tersedia di dunia, dapat melaksanakan studi banding ke China yang sudah menggunakan DME sebagai bahan bakar rumah tangga yang berupa blended DME-LPG.

1 komentar: